**Gerakan Fenomena penggunaan sirene dan lampu strobo di jalan raya kini menjadi sorotan publik. Sejumlah pengendara dan komunitas masyarakat mulai menyuarakan penolakan terhadap praktik penggunaan aksesoris tersebut oleh pihak-pihak yang tidak memiliki kewenangan resmi.
Dalam beberapa pekan terakhir, muncul gerakan spontan di media sosial yang menentang kendaraan pribadi maupun rombongan tertentu yang menggunakan sirene dan strobo untuk meminta prioritas jalan. Warganet menilai, penggunaan perlengkapan tersebut seringkali membuat resah dan membahayakan pengendara lain.
“Sudah sering lihat mobil sipil pakai strobo biru atau merah, bahkan minta orang lain minggir. Padahal mereka bukan aparat atau ambulans,” ujar Fajar, salah satu pengendara di Jakarta, Jumat (19/9).
Korlantas Polri sebelumnya menegaskan bahwa penggunaan sirene dan strobo diatur dalam Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Hanya kendaraan tertentu yang boleh menggunakannya, seperti mobil dinas TNI/Polri, ambulans, pemadam kebakaran, dan kendaraan untuk kepentingan darurat. Selain di luar ketentuan itu, pemakaian strobo dan sirene dianggap pelanggaran.
Di lapangan, sejumlah pengendara bahkan mulai berani merekam dan melaporkan kendaraan yang menggunakan aksesoris ilegal tersebut. Video-video aksi protes publik terhadap mobil ber-strobo tanpa izin resmi kini kerap viral di platform digital.
“Kalau terus dibiarkan, masyarakat tidak akan patuh aturan karena merasa bisa membeli sirene dan strobo di toko online. Gerakan ini muncul karena publik sudah muak,” kata pengamat transportasi Djoko Setijowarno.
Polri sendiri mengimbau masyarakat untuk melapor bila menemukan pelanggaran, namun menegaskan agar tidak melakukan tindakan yang membahayakan keselamatan di jalan.
Fenomena ini diperkirakan akan terus menjadi perbincangan hangat, terutama karena semakin banyak komunitas pengemudi yang mendeklarasikan diri untuk menolak dominasi sirene dan strobo ilegal di jalanan.
